SAR-BNPB TANAH DATAR official website | Members area : Register | Sign in
Yhohannes Neoldy. Diberdayakan oleh Blogger.

Waktu Berjalan

Hari Berganti

KUNJUNGAN

free counters

Total Tayangan Halaman

TIM SAR LATIH TEKNIK EVAKUASI PERSIAPAN PENANGGANAN BENCANA GUNUNG MERAPI

Sabtu, 25 Desember 2010




Laporan : Mustafa akmal-Batusangkar

Batusangkar,padek----Sebagai salah satu  Kabupaten yang termasuk daerah rawan bencana  di Sumatera Barat maka kesiapan pemerintah daerah dan Tim Sar sangat menentukan dalam mengatasi berbagai bencana dan jika terjadi bencana  maka  evakuasi akan  bisa dilakukan segera.
    Karena itulah terobosan yang dilakukan TIM SAR Kabupaten Tanahdatar ujar Wakil Bupati Tanahdatar Hendri Arnis kepada Koran ini kemaren merupakan momen yang sangat tepat dilakukan saat ini melakukan pelatihan pelatihan teknik Evakuasi korban bencana alam Gunung Merapi yang dilaksanakan ditebing dan jurang merapi di Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto Kabupaten tanahdatar
        Walaupun kondisi gunung merapi kita menurut pengamat Gunung Merapi berada dalam Kondisi Normal, kondisi itu tentu tidak akan selamanya demikian,kemungkinan sewaktu waktu akan berubah pula dan kita tidak dapat melupakan peristiwa tahun 1979 terjadi Galodo di Pasir laweh Kecamatan Sungai tarab yang banyak menimbulkan korban,
      Kejadian itu malah terulang lagi pada tanggal 30 maret 2009 yang akibatnya akan menimbulkan korban jiwa, harta benda serta merusak  hasil hasil pembangunan yang telah dibangun dengan susah payah dan biaya yang tidak sedikit.
    Namun demikian dibalik kejadian kejadian tersebut Gunung Merapi mempnyai daya tarik tersendiri bagi pencinta alam  untuk mendakinya dan tidak jarang jumlah pendaki mencapai ribuan orang setiap tahunnya termasuk menyambut tahun baru besok,kita juga memproyeksikan jumlah pendaki gunung merapi akan terus bertamba walaupun sudah ada imbauan kepada generasi muda didaerah ini untuk tidak mendaki gunung merapi dan juga tidak tertutup kemungkinan  timbulnya permasalahan seperti pendaki yang hilang,tersesat dijalan dan kecelakaan.
    Demikian pula dengan meletusnya Gunung Merapi di Jawa tengah dan secara tidak langsung juga ikut mengejukan kita termasuk termasuk masyarakat kita yang berada dilereng gunung merapi sehingga kewaspadaan secara dinipun perlu kita tingkatkan.   
    Malah begitu seriusnya bencana yang terjadi didaerah Tanahdatar. maka Pemda tanahdatarpun telah membentuk Badan Nasional Penanggulangan bencana Alam (BNPB) Kabupaten Tanah datar melalui Perda Nomor 12 tahun 2010 sebagai tindak lanjut dari undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang  BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB ) untuk tingkat Nasional.
 Sehingga keberadaan SAR semakin terayomi sebagai mitra kerja BPBD bahkan untuk gempa dan Stunami kita juga telah mengirimkan delapan  orang utusan SAR ke Mentawai dan tiga orang utusan dan dua utusan dari SAR Tanahdatar sebagai bahan perbandingan bagi kita dalam rencana kontijensi untuk Gunung Merapi di Kabupaten Tanahdatar.
Karena itulah penyelamatan dan evakuasi bencana alam diberbagai daerah merupakan tugas pokok SAR. Sehingga perlu diasah kemampuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya guna meningkatkan kapasitasnya sebagai anggota SAR yang diandalkan untuk mendharmabaktikan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya bagi misi kemanusian.(mustafa akmal)

RIVER RESCUE


I. FILOSOFI RESCUE

Untuk menjadi seorang instruktur rescue yang berkompeten, maka ia harus selalu mengasah kemampuan/skill, mengembangan skill, teknik, dan perlengkapan.

Rescue terdiri dari berbagai jenis untuk medan yang berbeda, seperti: Swiftwater Rescue, High Rise Rescue, Cliff Rescue, Surf Rescue, Inflatable Rescue, Dive Rescue, Cave Rescue, dan lain-lain. Jenis – jenis rescue tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain, misalnya pada saat rescue arung jeram dimana hanya ada tebing- tebing tinggi disekitarnya. Jadi hindari hanya menganut satu jenis rescue saja.

Yang harus diperhatikan pada rescue yaitu :
1. Usahakan menggunakan metode yang berisoka rendah, dengan alternatif metode yang lebih berisiko.
2. Semua personel harus mempersiapkan kemampuan dalam :
    a. Self Rescue
    b. Menolong orang lain
    c. Menolong korban

Ada 4 hal yang harus diperhatikan agar menjadi instruktur yang berkompeten, yaitu :
a. Training
b. Pratice
c. Eksperince
d. Judgement

Jangan hanya mengacu pada sertifikat dari training saja, tetapi juga harus diasah agar kemampuan meningkat, dan jangan lupa untuk selalu merekam atau melakukan pendataan selama proses tersebut.

Seorang trainee dapat berdiskusi dengan pelatih jika menemukan teknik – teknik baru yang lebih efektif.

Terdapat 4 kompenen dalam SAR :

1. Locate The Victim
    Proses pencarian korban dilokasi, diperlukan waktu relatif lama.

2. Access The Victim
    Proses mendekati atau mencapai korban setelah ditemukan, diperlukan waktu beberapa jam, misalnya harus melakukan discending atau ascending.

3. Stabilization
    Proses menstabilkan dan persiapan melepaskan korban. Kemampuan yang dibutuhkan adalah medis, peralatan, dan skill untuk memindahkan korban. Seorang medis bias hanya fokus pada pengobatan korban tanpa harus memiliki kemampuan rescue.

4. Transport
Proses membawa korban ke tempat yang aman , misalnya dengan teknik tyrolean menyeberang sungai.

Rescue yang sukses adalah merupakan hasil kerja team. Team bisa melibatkan / terdiri dari beberapa orang yang berkompeten di rescue spesialisasinya.

Dalam rescue terdapat 4 peran yang mengacu pada Incident Command System / Critical Incident Management yaitu :

1. The Leader / Incident Commander
    a. Tidak perlu harus memiliki kemampuan teknik rescue
    b. Menguasai Search & Rescue
    c. Seorang yang senior atau mempunyai kemampuan leaderships
    d. Bertanggung jawab untuk mengontrol semua proses rescue

2. The Rigger
    a. Orang operasional
    b. Bertanggung Jawab pada peralatan dan proses pemasangan system rescue dan system delivery

3. The Gofer
    a. Kadang disebut ‘logistic’
    b. Merupakan orang penting kedua setelah leader
    c. Bertanggung jawab pada beberapa hal seperti : pendataan, komunikasi, peralatan , SDM, press release, dan mengontak keluarga korban.

4. Rescuer
    a. Operasional rescue
    b. Rescuer bisa dibuat menjadi kelompok besar atau kelompok kecil dengan tugas yang berbeda
    c. Akan lebih baik jika dibekali dengan kemampuan medis.

Seorang rescuer juga harus dibekali kemampuan low to high rescue, agar memiliki pilihan pada saat dihadapkan pada kondisi tertentu misalnya kejadian di sungai atau banjir di kota.

Terdapat istilah dalam River Rescue, yaitu Reach, Throw, Row, Go, Tow, Hello

1. Reach
    Mencoba untuk meraih korban dari bawah / hilir
2. Throw
    Melemparkan pelampung, atau jika di sungai melemparkan throw bag.
3. Row
    Menggunakan perahu untuk menolong korban
4. Go and Tow
    Merescue dengan berenang mendekati / mencapai korban, sistem ini memiliki resiko lebih besar
5. Hello
    Menggunakan helikopter sebagai alat penunjang


II. 15 HAL MUTLAK DALAM RIVER RESCUE

1. Selalu Menggunakan Pelampung
    Seorang rescuer harus selalu menggunakan pelampung agar tidak terjadi hal-hal yang lebih fatal, sehingga diperlukan persiapan perlengkapan pada saat pre planning.

2. Selalu mengirim pengintai di hulu sungai bagian atas lokasi rescue, idealnya di kedua sisi sungai.
Mereka dibekali komunikator untuk memantau kondisi (mis : banjir), sehingga incident commander dapat mengantisipasi segala kemungkinan

3. Utamakan self rescue, berikutnya rescue dan keamanan rekan 1 tim, dan terakhir korban.
Training saja tidak cukup, tetapi juga harus dilatih dan menambah jam terbang.

4. Harus mempunyai plan kedua
    Seorang Leader harus dapat mempersiapkan SDM, pelengkapan untuk plan kedua sama baiknya dengan plan 1, sehingga jika plan 1 gagal, maka hanya dibutuhkan sedikit waktu untuk melaksanakan plan 2. Melakukan pendataan beberapa kelompok rescue lain yang memiliki kemampuan dan pelengkapan, agar dapat saling membantu sebelum kecelakaan.

5. Selalu memiliki beberapa cadangan rescue di bagian hilir.
    Misalnya menempatkan pelempar throw bag di beberapa tepi, perahu rescue, atau perenang handal.

6. Buat sesimple mungkin
    Cukup dengan skill yang simple, seperti mendayung dan memahami ‘ferry angle’ justru kadang lebih berfungsi pada kasus tertentu, tanpa harus tergantung dengan teknologi yang canggih.

7. Selalu menggunakan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan
    Ingat formula : training, practice, experience, dan good judgment, sehingga hanya perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan yang dibawa.

8. Saat di jeram, jangan selalu berpatokan kaki harus pada posisi ke hilir, terutama saat ingin ke pinggir / berenang. Manfaatkan fungsi eddy, usahakan berenang ke eddy atau pada saat memegang throw bag dan mengayun.

9. Jangan pernah mengharapkan korban untuk merescue dirinya sendiri.
    Pada saat kondisi panik korban akan sulit untuk diajak kerjasama. Siapkan absolut 5 dan bantu korban sampai tempat aman.

10. Jangan pernah mengikatkan tali pada rescuer
      Rescuer akan kurang leluasa, dan justru membahayakan, seperti terkunci atau terjebak.

11. Jangan memasang tali memotong atau menyeberang arus sungai
      Jika tali yag dipasang tegak lurus, rescuer akan kesulitan untuk mencapai korban karena justru akan membentuk V. Buat jalur diagonal, sehingga jika rescuer gagal maka ia akan terdorong ke pinggir.
Sistem pemasangan tali langsung memotong akan efektif jika dengan menggunakan perahu (boat system) / ‘high line evacuation’

12. Saat mengikatkan tali menyberang sungai, usahakan jangan berada di sisi dalam tali, tetapi berada di sisi luar

13. Saat korban berhasil dicapai, usahakan jangan dilepaskan
Sudah merupakan hal yang wajar dalam dunia medis. Dokter tidak dapat menolong korban sehingga meninggal dunia. Jika tim rescue tidak dapat membawa korban, maka gunakan absolut 10 dan 9 jika diperlukan.

14. Gunakan helm yang sesuai untuk proses penyelematan di lapangan

15. Bersikap Proaktif
      Jangan menunggu sampai terjadi musibah. Berikan pendidikan ke masyarakat, misalnya SAR, bahaya-bahaya. Persiapan tidak hanya pre-planning, tetapi jika lebih awal lagi justru akan semakin efektif.


III. DINAMIKA SUNGAI

Teknik pengukuran sungai dengan cara menghitung kapasitas sungai adalah : kedalaman rata-rata, lebar sungai, dan kecepatan arus.
Misalnya :
Kedalaman rata-rata : 2 meter
Lebar sungai : 30 meter
Kecepatan arus : 0.6 meter / detik

Kapasitas : 2 m x 30 m x 0.6 m/dtk = 36 meter kubik / detik

Pengukuran kecepatan sungai lebih sulit dibanding mengukur kedalaman dan lebar sungai. Metode pengukuran kecepatan sungai yaitu pada saat turun ke arah hilir sepanjang 30 meter, catat berapa waktu yang dibutuhkan. Kecepatan sungai ditentukan dengan menggunakan tabel dibawah ini :

Menghitung Kecepatan Arus

Waktu Pengarungan dalam detik Kecepatan ArusMeter / detik Kecepatan Km / jam
510151720232529375080110 6.13.12.01.81.51.31.21.10.80.60.40.3 21.910.97.46.45.54.84.43.92.92.51.51.0

Kecepatan arus tergantung pada kedalaman dan lebar. Sedangkan Kubik per detik cenderung konstan.

Kecepatan = kubik / detik
Lebar x dalam
Mis : Kecepatan = 36 = 1.2 meter / detik
15 m x 2 m

Kekuatan Air
Kekuatan air saat menghadapi suatu hambatan tidak berbanding lurus dengan kecepatan arus.
Misalnya : Kecepatan arus 1 m/detik menghasilkan tekanan sebesar 7.7 kg, tetapi jika kecepatan 2x lebih cepat, maka kekuatan akan meningkat sebesar 4x nya.

IV. TERMINOLOGI SUNGAI

DEFINISI

1- Hidraulik
2- Eddy
3- Eddy Fence
4- Hole, Stopper, Keeper (Hidraulik)
5- Haystack, Standing Wave
6- Frowning Hole
7- Smiling Hole
8- Downstream V’s
9- Upstream V
10- Strainer
11- Cushion, Stacked Water Cushion
12- Confluence


KATEGORI SWIFTWATER

Klas I Ombak kecil dan sedikit hambatan
Klas II Jeram mudah dengan ombak sekitar 1 m, tidak perlu scouting, jalur jelas, sedikit manuver
Klas III Jeram tinggi, ombak tidak teratur, manuver cukup kompleks, kadang diperlukan scouting, medan untuk rescue sulit
Klas IV Panjang, jeram sulit, perlu manuver di turbulance, perlu scouting, medan rescue sulit, bagi kayaker perlu kemampuan eskimo roll
Klas V Sangat sulit, panjang, jeram besar dengan rute yang rapat, harus discouting, rescue sulit, bahaya, perlu eskimo roll untuk kayaker
Klas VI Sangat berbahaya, hampir tidak mungkin untuk diarungi, hanya untuk kelas expert


ORIENTASI SUNGAI

River Right : sisi kanan sungai jika melihat ke arah hilir (dari atas)
River Left : sisi kiri sungai jika melihat ke arah hilir

IV. PERLENGKAPAN PRIBADI

PERLENGKAPAN PRIBADI

ü Sepatu
ü Helm
ü Pelampung
ü Wetsuit
ü Drysuit
ü Hoods
ü Sarung Tangan
ü Pisau
ü Peluit
ü Eye Protection

PERLENGKAPAN TIM

Jml Kebutuhan Keterangan
21306162021232 pasang14442 pasang1121 Tali rescue 60 meteran (11 mm atau 12.5 mm)Tali rescue 100 meteran (11 mm atau 12.5 mm)Locking D Carabiner50 mm pulleyO ring / steel rigging ring7mm prusikWebbing 4.5 m x 25mmRecucendersLine gunRescue boardsThrow bagChurchill fins / sepatu katakRescue life jacketPersonal flotationDrysuit / wetsuitHelm water rescueSwimming glovesRaft self bailing (3.5 m – 4.3 m)Oar frame / 7 dayungRadioMedical kit
(untuk kebutuhan anggota rescue 14 orang)

PERALATAN TEKNIS

1- Carabiner 8- Kooteney Carriage dan Knot Passing Pulleys
2- Screw Links 9- Edge dan Parapet Rollers
3- Steel Ring / O ring 10- Figure 8 Plate
4- Gibbs Type Ascenders 11- Brake Bar Racks
5- Rescucenders 12- Sticht Belay Plate
6- Handled Ascenders 13- Artificial Anchors
7- Pulleys

V KOMUNIKASI

Pada saat kondisi kecelakaan atau rescue, maka diperlukan manajemen yang baik, khususnya dalam hal komunikasi. Rescuer akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan efektif karena kondisi medan, misalnya kondisi kontur, saat hujan atau gangguan suara sungai. Salah satu metode yang efektif pada kondisi tersebut adalah :

Hand Signal

Ø Satu tangan lurus diatas kepala Distress, Butuh bantuan

Ø Dua tangan membentuk ‘O’ Oke
atau 1 tangan memegang kepala

Ø Dua tangan lurus diatas kepala sambil Gerak, renang, lanjut
digerakkan ke kiri / kanan

Ø Dua tangan lurus diatas kepala, lengan Eddy out
digerakkan ke kiri / kanan

Ø Dua lengan disilangkan dada Butuh medis dan pertolongan




Tiupan Peluit

1 tiupan Berhenti / perhatian
2 tiupan Upstream
3 tiupan Downstream
3 tiupan diulang-ulang Emergency


VI BERENANG OFENSIF ATAU AGRESIF

BASIC / DEFENSIF

Posisi badan kearah hilir dengan kaki sambil menginjak-injak, dan usahakan agar posisi tubuh dan kaki tetap selalu kearah hilir.

OFENSIF / AGRESIF

Cara berenang ofensif dengan dibantu backstroke kuat dan ferry angle yang baik dalam kondisi tertentu dirasakan kurang efektif. Sehingga diperlukan teknik berenang yang lebih agresif.

Cara berenang adalah dengan gaya bebas yang lebih kuat dan cepat. Beberapa situasi yang sesuai untuk berenang secara agresif, yaitu :
· Keluar masuk eddy
· Arus dalam dan deras
· Bergerak ke samping di ombak besar
· Mengejar korban
· Mendekati strainer
· Menggunakan river rescue board
· Meraih korban
· Menyeberang sungai

Konsep ferry angle harus diperhatikan pada saat swimmer hendak mencapai titik / tepi sungai tertentu dengan sudut kemiringan 45 derajat. Berenang agresif harus ditunjang dengan kemampuan dan peralatan yang menunjang, seperti penggunaan sepatu yang sesuai.

Perenang agresif memiliki resiko cidera pada paha, lutut, keram perut, dan dislokasi lengan.

VII FERRY ANGLE

Sama halnya dengan perahu, prinsip ferry angle juga dapat diterapkan untuk perenang, yaitu dengan posisi 45 derajat dari garis arus. Pengambilan arah sudut harus sesuai dengan kebutuhan atau sasaran yang akan dicapai, seperti korban atau eddys

(Di ambil dari celotehannya si Golis dari Jogja, bosnya Elo Rafting)

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


I. UMUM
           
P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya. Sebaliknya jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar kita akan melakukan pertolongan yang salah pada korban
Sebagai seorang pecinta alam, materi ini penting untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali tidak dapat diduga dan sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita harapkan. Sedangkan tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk dijangkau. Maka satu-satunya pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan sementara pada korban kerumah sakit atau dokter terdekat.

II. MAKSUD, KEGUNAAN DAN TUJUAN P3K
v Maksud P3K adalah untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari.
v Kegunaan materi ini secara khusus adalah untuk membekali setiap anggota KMPA FISIP Unsoed agar dapat memberikan pertolongan pertama dilapangan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
v Tujuannya adalah mencegah maut dan mempertahankan hidup, mencegah penurunan kondisi badan atau cacat.

III. SIKAP, KEWAJIBAN DAN WILAYAH SEORANG PENOLONG
v     Sikap penolong :
1.      Tidak panic, bertindak cekatan, tenang tidak terpengaruh keluhan korban jangan menganggap enteng luka yang diderita korban.
2.      Melihat pernapasan korban jika perlu berikan pernapasan buatan.
3.      Hentikan pendarahan, terutama luka luar yang lebar.
4.      Perhatikan tanda-tanda shock.
5.      janganterburu-buru memindahkan korban, sebelum kita dapat menentukan jenis dan keparahan luka yang dialami korban.

v     Kewajiban Penolong :
1.      Perhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan
2.      Perhatikan keadaan penderita
3.      Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan dilakukan
4.      Jika korban meninggal beritahu polisi atau bawa korban kerumah sakit
5.       
v     Wilayah Penolong:
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.

IV.  TEKNIK DALAM P3K

A.     Prioritas dalam P3K
Urutan tindakan secara umum:
1.  Cari keterangan penyebab kecelakaan
2.  Amankan korban dari tempat berbahaya
3.  perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan, pendarahan dan kesadaran.
4.  segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5.  apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.

Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana korban dalam keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa terselamatkan.

B.     Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat serta infeksi.

Kegunaan pembalutan adalah:
1. menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.
2. melakukan tekanan
3. mengurangi atau mencegah pembengkakan
4. membatasi pergerakan
5. mengikatkan bidai.

Macam-macam pembalutan:
1. Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.



2. Pembalut Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).
3. Pembalut Pita Gulung.
4. Pembalut Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.

Indikasi pembalutan:
Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang rasa nyeri.

Bentuk dan anggota tubuh yang dibalut:
1. Bundar, pada kepala.
2. Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan bawah dan betis
3. Bulat panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas, jari tangan.
4. Tidak karuan bentuknya, pada persendian

C.     Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai:
1. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
2. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3. Bidai dibungkus agar empuk.
4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan kelonggaran.

Alat-alat bidai:
1. Papan, bamboo, dahan
2. Anggota badan sendiri
3. Karton, majalah, kain
4. Bantal, guling, selimut


D.    Pernafasan buatan
Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru (RJP) intinya adalah melakukan oksigenasi darurat. Dilakukan pada kecelakaan:
1. Tersedak,
2. Tenggelam
3. Sengatan Listrik,
4. Penderita tak sadar,
5. Menghirup gas dan atau kurang oksigen,
6. serangan jantung usia muda, henti jantung primer tejadi.

Fase RJP:
A = Airway control (pengeuasaan jalan napas),
B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat)
C = Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi)
Untuk teknik RJP dapat dilihat pada lampiran gambar.

E.     Evakuasi dan Transportasi
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan.
Cara pengangkutan korban:
1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang
2. Pengangkutan dengan alat (tandu)

Rangkaian pemindahan korban:
1. persiapan,
2. pengangkatan korban ke atas tandu,
3. pemberian selimut pada korban
4. Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.
Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:
1. pengangkatan korban,
Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban.
2. Sikap mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
3. Posisi siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki, kecuali;
-menaik, bila tungkai tidak cedera,
-menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
-mengangkut ke samping,
-memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
-kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.

TRANSPORTASI
Merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.
Tata cara pemindahan korban:
a. Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan korban, pelihara udara agar tetap segar.
b. Syarat pemindahan korban:
1. korban tentang keadaan umumnya cukup baik
2. tidak ada gangguan pernapasan
3. pendarahan sudah di atasi
4. luka sudah dibalut
5. patah tulang sudah dibidai
Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan pemantauan dari korban tentang:
- Keadaan umum korban
- Sistem persyarafan (kesadaran)
- Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)
- Sistem pernapasan
- Bagian yang mengalami cedera.
V. BEBERAPA KECELAKAAN DAN PERTOLONGANNYA
1.Pingsan
Yaitu korban tidak sadarkan diri tetapi nafasnya ada.
Macam-macam pingsan:
a. Pingsan karena sengatan matahari
Gejalanya: penghentian keringat yang tiba-tiba, korban lemah, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegak, suhu tubuh 40-41ºC, pernapasan cepat dan tidak teratur.
Pertolongan: baringkan ditempat teduh dan banyak angin, komperes seluruh tubuh dengan air dingin, usahakan agar tidak mengigil dengan memijat kaki dan tangan, bila keadaan tidak membaik bawa kerumah sakit.
b. Pingsan karena kelelahan/ kelaparan
Gejalanya: Kedinginan dan berkeringat, lemah, pandangan berkunang-kunang, kesadaran menurun.
Pertolongan: baringkan ditempat datar, letakkan kepala lebih rendah dari kaki,buka baju bagian atas, dan kendurkan pakaian yang menekan. Bila muntah miringkan kepala, beri bau-bauan yang merangsang, setelah sadar beri minuman air gula.

2. Shock
Yaitu: peredaran darah terganggu karena kekurangan cairan sehingga mengakibatkan terganggunya alat tubuh.
Gejalanya: kesadaran menurun, denyut nadi cepat >140/menit dan semakin lama melambat bahkan hilang, penderita mual, kbadan dingin, lembab&pucat,napas tidak teratur, pandangan kosong,tidak bercahaya, pupil melebar.
Pertolongan: Baringkan kepala lebih rendah dari kaki kecuali gegar otak, tarik lidah penderita keluar, bersihkan hidung dan mulut dari sumbatan, selimuti, hentikan pendarahan bila ada patah tulang pasang bidai, bawa keRS
3. Keseleo
    Keadaan dimana persendian keluar dari sendinya, lalu kembali lagi.
    Pertolongannya:
     -Istirahatkan korban dengan letak keseleo ditnggikan
     -Boleh dikomperes air hangat dan urut hati-hati
     -Bila lutut dipasang kness dekker, lakukan pembalutan agar keras pada bagian lain
     -Bawa ke RS untuk memastikan apakah ada retak atau patah tulang
4. Patah tulang
Menurut kontaminasinya:
a.   patah tulang tertutup: ujung tulang tak berada di luar
 tanda-tanda: gerakan tak normal, tambahan     adanya bengkak, sakit bila digerak.
Pertolongan: usahakan tulang yang patah tidak bergerak dengan memasang bidai dan bawa keRS.
b. Patah tulang terbuka: ujung tulang berada di luar.
    Tanda-tanda: tulang mencuat keluar, menjadi kotor, pendarahan sulit dihentikan.
Pertolongan: mencuci luka dengan air bersih, tulang yang keluar dimasukan, tutup dengan kassa steril, gunakan anti septic, pasang perban elastic dan setelah selesai pasang bidai dan langsung transportasi.
Jenis patah tulang terbuka:
3.1. patah tulang belakang,
    Sulit ditentukan bila keliru akan fatal
Pertolongan: bila korban jatuh atau jatuh terduduk yang keras dan mengeluh sakit di punggung dan nyeri jika ditekan maka korban tidak boleh duduk, punggung harus tetap datar dan di transportasi dalam keadaan telentang dan di bidai.
3.2. Patah tulang panggul.
    Sulit menentukannya
Pertolongan: bila korban jatuh terduduk atau miring dan mengeluh nyeri dan sakit untuk duduk, maka langsung saja di transportasi dalam keadaan berbaring.
3.3. Patah tulang rusuk.
    Tanda-tanda: ada trauma, untuk bernapas dalam sakit, nyeri tekan napas tertahan.
Pertolongan: hati-hati jangan sampai mengangkat dengan menekan daerah dada karena bisa jadi patahan tulang rusuk menembus paru-paru ynag akan berakibat fatal. Dapat dibantu dengan pemasangan plester lebar dari punggung, memutar ke dada, secara perlahan langsung transportasi ke RS, korban dalam keadaan duduk atau berbaring asal bagian yang patah tidak tertekan.
3.4. Patah tulang kecil-kecil.
Pertolongan: untuk meta karpal dan jari-jari tangan, korban menggenggam bola karsa kemudian dibalut dengan elastic perban. Tetapi untuk metatarsalia dan jari-jari kaki cukup langsung dipasang perban elastic.
 5. Penyakit Penggunungan (Mountain Sickness)
Terjadi pada ketinggian 2000 mdpl reaksinya tergantung pada daya tahan tubuh orang yang bersangkutan:
a. Penyakit kegunungan yang akut.
Gejala: penderita measa pusing, sakit kepala, lelah, mengantuk, kedinginan, mual, dan muntah-muntah, pucat, sesak, gelisah, susah konsentrasi, susah tidur. Hal ini karena oksigen daam tubuh berkurang.
Pertolongan: Istirahatkan selama 24 s.d. 48 jam, bila tidak ada perubahan turunkan ke tempat yang lebih rendah.
b.      Penyakit pegunungan akut disertai kelainan paru-paru.
Terjadi pada ketinggian diatas 3000 mdpl, Gejala: munculnya 36 jam setelah tiba di tempat tersebut.
Tanda-tanda: batuk kering, bahkan batuk berdarah, seesak napas, dada terasa teretekan denyut nadi makin cepat, penderita pucat, membiru kemudian pingsan.
Pertolongan: baringkan dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya, berikan pernapasan buatan bila perlu, turunkan penderita ke tempat yang lebih rendah, bawa ke RS.
6. Luka bakar.
Luka disebabkan karena api, benda-benda panas, air panas, liran listrik, dan bahan kimia.
Derajat Luka Bakar:
Derajat I: hanya mengenai permukaan (epidermis), berupa warna kemerahan pada kulit, ada rasa nyeri, biasanya sembuh spontan dalam waktu 7-10 hari.
Derajat II: mengenai lapisan dermis, terjadi gelembung berisi cairan, terasa nyeri, dengan peralatan baik sembuh dalam waktu 10-14 hari.
Derajat IIB: mengenai dermis bagian dalam, gelembung-gelembung biasanya pecah, warna pucat, rasa nyeri, embuh lma dan menimbulkan bekas.
Derajat III: seluruh lapisan kulit rusak, sembuh lama dan menimbulkan cacat yang hebat.
Luka bakar harus melihat pada derajat kedalaman, permukaan, dan luas luka bakar tersebut. Bahaya luka bakar luas adalah kondisi dehidrasi yang mengancam jiwa penderita.
Pertolongan: Pertama, kita harus membebaskan tubuh penderita dari bahan penyebab. Daerah yang terbakar cukup cukup di rendam/ di siram dengan air dingin (jangan air es) karena akan menambah sakit. Luka bakar yang luas perlu segera mendapatkan tambahan cairan untuk mencegah dehidrasi, jika wilayah terbakar > 10% penderita harus dirawat di RS.
7. Tenggelam.
Pertolongan beri pernapasan buatan, raba denyut nadi leher, bila tidak teraba lakukan pijatan jantung dengan cara menekan atau memukul dada korban denga telapak tangan, melakukan sampai korban sadar, kosongkan air dalam perut dengan memiringkan kepala korban sedikit lebih rendah dari perut, kemudian letakan ke atas belakang hingga air keluar dari mulut.
8. Benda Asing yang Masuk Kedalam Tubuh
    a. Benda asing dihidung, misalnya pacet.
        Caranya:
- Letakkan segelas  air dingin didepan rongga agar pacet keluar atau meneteskan air tembakau kehidung
- Setelah pacet melepaskan gigitannya, tarik dengan pinset
     b. Benda asing ditelinga, misalnya serangga.
        Caranya:
        - teteskan beberapa tetes minyak tanah
        -Beri air hangat
9. Gigitan Binatang
    Binatang jika mengigit akan menimbulkan 3 masalah yaitu:
    a. Perlukaan cara mengatasi:
            - mencuci luka sampai bersih dengan air (steril).
            - Menghilangkan adanya benda asing
            - membuang jaringan yang mati
            - memberikan anti septic
            - menjahit luka.
    b. Infeksi cara mengatasi berikan anti serum.
c.   Keracunan,cara mengatasi:
            - tenangkan penderita agar tidak cepat menjalar,
            - baringkan penderita dengan posisi yang lebih rendah dari jantung
            - memberikan ikatan yang kuat di atas dan bawah tempat yang digigit
            - cuci sampai bersih
            - istirahatkan tempat yang digigit
            - menghindari manipulasi (pijit-pijit)
            - kirim ke RS
*   Contohnya:
a. Digigit ular
    racun ini bersifat merusak sel setelah 4 jam, racun akan menjalar keseluruh tubuh.
    Pertolongannya :
·    Pada Perlukaan
-     Memberikan tekanan pada sumber pendarahan
-     Mencuci luka sampai bersih dengan air steril
-     Menghilangkan benda asing pada luka
-     Membuang jaringan yang sudah mati
-     Memberikan antiseptic
-     Menjahit luka
-     Menutup luka dengan kasa steril
·    Bahaya infeksi
-     Sama dengan perlukaan
-     Berikan suntikan ATS
·    Pada keracunan
-     Baringkan penderita dengan posisi lebih rendah dari jantung
-     Usahakan penderita tetap tenang, agar tidak cepat menjalar
-     Memberi ikatan yang kuat atas dan bawah dari tempat yang digigit dengan 10cm, kendorkan setiap ¼ jam sekali selama ½ menit
-     Mengistirahatkan bagian yang digigit
-     Hindari manipulasi dengan pijit-pijit
-     Bawa kerumah sakit
b. Digigit pacet
    Ludah lintah atau pacet mengandung zat anti pembekuan darah, sehingga darah mengalir terus-menerus melalui beku luka yang menyebabkan gatal-gatal dan terjadi pembengkakan.
    Pertolongannya:
    Lepaskan pacet dengan membawa/meneteskan air tembakau ketubuh lintah, kemudian gosok bekas gigitan dengan salep anti gatal.
c. Digigit serangga
    Dapat menimbulkan pembengkakan, merah dan rasa sakit
    Pertolongannya:
    - Sengatan serangga diambil
    - Bekas gigitan digosok dengan salep anti gatal (reason)
    -beri obat penahan sakit (aspirin,antalgin,dsb)
10.Keracunan makanan.
Pertolongan:
-  usahakan penderita muntah dengan memekan langit-langit tenggorokan dengan jari melalui mulut.
-  Setelah muntah beri norit / arang ditumbuk halus
-  Bila perlu diberikan napas buatan.

V1. PENGENALAN OBAT-OBATAN


  OBAT LUAR                                      

  1. Rivanol
  2. Plester
  3. Betadine
  4. Minyak kayu putih
  5. Alkohol
  6. Tetes mata
  7. Bioplasenton
  8. Counterpain
  9. Kapas
  10. Pembalut
  11. Oxycan





















OBAT DALAM

  1. CTM
  2. Paracetamol/Antalgin
  3. Norit & Susu
  4. Promag
  5. Napacin
  6. Enterostop
  7. Feminax


Cara Tepat Beri Napas Buatan pada Korban Henti Jantung

Ketika ada orang tenggelam atau mengalami henti jantung tiba-tiba di tempat umum, Anda sebaiknya mampu memberikan bantuan pertama untuk menyelamatkan nyawanya, yaitu dengan napas bantuan dan kompresi dada. Bagaimana cara tepat untuk memberikan bantuan napas buatan dan kompresi dada? "Napas buatan dan kompresi dada adalah hal yang utama dilakukan untuk menyelamatkan nyawa orang yang mengalami henti jantung," jelas dr Agung Bintharto, Sp.An, spesialis anestesi FKUI/RSCM dalam acara Seminar 4th Emergency Fair and Festival 2010 di Auditorium FKUI, Jakarta, Sabtu (30/10/2010).

Pemberian napas buatan dan kompresi dada merupakan langkah-langkah utama melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD).

Bantuan Hidup Dasar adalah suatu usaha menjaga potensi jalan napas dan memberikan bantuan napas serta sikulasi darah, tanpa menggunakan alat bantu selain alat proteksi diri. BHD adalah dasar dari usaha untuk menyelamatkan nyawa bila terjadi henti jantung.

"59 sampai 65 persen kasus henti jantung dapat diselamatkan bila mendapatkan pertolongan BHD dengan cepat dan tepat," ungkap dr Agung.

Siapa yang memerlukan BHD?
Orang yang mengalami henti jantung, dengan ciri:
  1. Tidak sadar
  2. Napas berhenti atau tidak normal
  3. Tidak ada respons

Belum ada tanda kematian pasti, seperti:
  1. Kaku mayat
  2. Lebam mayat
  3. Pembusukan

Langkah-langkah BHD adalah sebagai berikut:
  1. Memastikan keamanan lingkungan tempat dilakukan BHD
  2. Memeriksa kesadaran
  3. Membuka jalan napas dengan mendongakkan kepala dan dagu
  4. Menilai pernapasan dengan memastikan korban bernapas normal atau tidak
  5. Panggil bantuan atau telepon ambulans
  6. Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan kompresi dada dan napas buatan

Cara tepat memberikan napas buatan
  1. Pencet hidung korban
  2. Penolong tarik napas normal
  3. Bibir penolong menutupi mulut korban dengan erat
  4. Tiupkan udara napas sampai dada korban bergerak terangkat
  5. 1 tiupan = 1 detik
  6. Biarkan dada korban mengempis spontan
  7. Ulangi langkah di atas bila korban belum menunjukkan respons apapun

Cara tepat melakukan kompresi dada
  1. Letakkan pangkal telapak tangan di pertengahan dada
  2. Letakkan tangan yang lain di atas punggung tangan yang satunya
  3. Kompresi atau tekan dada dengan laju kompresi minimal 100 kali per menit, kedalaman 5 cm dan kompresi konstan diselingi relaksasi.
  4. Jika mungkin, bergantian kompresi setiap 2 menit.

Cara menyelamatkan orang tenggelam

Karakteristik korban

Sering kita melihat di serial TV “Baywatch”, adegan seorang penjaga pantai menolong korban yang hampir tenggelam, ketika didekati si korban langsung diam dan terlihat tenang saat ditolong. Namun faktanya tidak demikian. Tidak semua korban akan tenang saat ditolong, bahkan sebagian besar korban akan tetap panik saat ditolong. Kepanikan korban tersebut dapat membahayakan penolong yang mencoba untuk mendekatinya.
Pengetahuan kita tentang karakteristik korban yang sedang tenggelam akan sangat menentukan teknik yang dipilih saat melakukan pertolongan. Tentunya disesuaikan dengan karakteristik korbannya.
Secara umum, korban yang sedang tenggelam di bagi menjadi 4 tipe :
1. Bukan seorang perenang (non swimmer)
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
  • Posisi badan terlihat tegak lurus dengan permukaan air (vertikal)
  • Gerakan kasar dan cenderung tidak berpola
  • Wajah terlihat sangat panik
  • Arah tatapan tidak jelas
  • Hanya fokus untuk mengambil napas
Saat ditolong
  • Mungkin akan berusaha untuk meraih penolong
  • Tidak dapat mengikuti perintah atau tidak dapat komunikasi
  • Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik jika ditolong dalam keadaan horisontal
  • Selalu berusaha kepala dan dada berada di atas permukaan air
Yang di perhatikan penolong
  • Korban tipe ini sangat berbahaya bagi penolong
  • Sebisa mungkin hindari pertolongan dengan menggunakan teknik contact rescue /tow
.
2. Perenang yang cidera
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
  • Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung dari bagian tubuh yang cidera
  • Gerakan terbatas disebabkan oleh cidera
  • Wajah terlihat cemas, bahkan mungkin terlihat kesakitan
  • Bisa terjadi panik
Saat ditolong
  • Mungkin tidak merespon perintah karena lebih fokus terhadap rasa sakitnya
  • Berusaha mempertahankan posisi karena biasanya memegangi area yang cidera
IYang diperhatikan penolong
  • Kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak aneh (sesuai cideranya)
  • Perhatikan cidera yang dialami
.
3. Perenang yang kelelahan
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
  • Terlihat pola kayuhan yang lemah
  • Posisi badan biasanya membentuk sudut dengan permukaan air
  • Wajah memandang ke tepian atau perahu yang di dekatnya
  • kepala kadang tidak terlihat
  • dapat melambai untuk meminta bantuan
  • Wajah mungkin terlihat lelah atau cemas
Saat ditolong
  • Merespon perintah penolong dengan baik
  • Kooperatif saat ditawarkan bantuan
  • Bisa di topang dalam keadaan terlentang
Yang diperhatikan penolong
  • Dapat ditolong menggunakan teknik contact rescue
  • Lebih mudah untuk ditolong
.
4. Tidak sadar (pasif)
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik
  • Terlihat tidak bergerak
  • Mungkin hanya terlihat sebagian punggung
  • Mungkin hanya terlihat puncak kepala saja
  • Wajah biasanya menghadap ke dasar
Saat ditolong
  • Tidak kooperatif
  • Mungkin akan cukup sulit untuk melakukan manuver terhadap tubuh korban
Yang diperhatikan penolong
  • Buoyancy korban sangat bervariasi
  • Membutuhkan pertolongan dengan teknik contact rescue
  • Perhatikan pernapasan korban, jika tidak bernapas lakukan sesegera mungkin bantuan napas
  • Penggunaan alat bantu apung (pelampung) akan sangat membantu dalam pemberian napas
  • Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif – aktif, yaitu keadaan dimana korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di sentuh berubah menjadi aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu lakukan teknik mendekati korban dengan benar.
.
Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan kemampuan untuk memperkirakan buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama saat melakukan contact tow. Korban yang gemuk cenderung akan mudah mengapung, namun akan lebih berat saat menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan mudah tenggelam, namun akan lebih ringan saat menariknya ke tepi.

Cara Menyelamatkan Diri Saat Gempa dan Tsunami

Gempa sering terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan seringnya terjadi gempa di negara kita, maka salah satu hal yang perlu untuk kita ketahui adalah cara menyelamatkan diri di saat gempa dan tsunami datang. Berikut adalah beberapa tips penyelamatan diri ketika terjadi gempa atau tsunami:
Di dalam rumah
 Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran. Matikan alat listrik, dan cabut kabelnya.
Sesudah selesai gempa, matikan sumber listrik.
Siapkan fire extinguisher atau air untuk berjaga-jaga jika terjadi munculnya api.
Jika melihat api, berteriaklah bahwa ada api atau kebakaran.
Di jalan sempit dan tebing
Menjauhlah dari jalan sempit, tebing, walled street dan jurang.
Jangan berdiri dekat dinding rumah untuk melindungi diri dari kejatuhan atap, seng.
Menjauhlah dari tebing atau jurang untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadinya longsor akibat getaran tanah.
Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.
Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.
Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak.
Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta.
Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

Di dalam mobil

Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya.
Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar anda.
Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas jika akan terjadi terjadi tsunami.
Jika sedang berada di pantai, segera berlindunglah ke tempat tinggi saat merasakan gempa yang cukup kuat (lebih dari skala 4), atau merasakan getaran lemah tapi lama.
Perhatikan radio atau berita untuk informasi yang berkaitan dengan kemunculan tsunami.
Menjauhlan dari tempat yang pernah terjadi longsor atau terdapat longsor.
Diperlukan waktu yang cukup bagi petugas untuk menginformasikan adanya tsunami. Tsunami dapat saja mencapai pantai sebelum itu, maka segeralah berlindung.
Yakinlah bahwa anda menerima informasi yang benar. Jangan dengar rumor.
Ikuti berita di TV atau radio
Ikutilah perintah dari pemerintah setempat, dinas kebakaran, atau kepolisian.
Jangan menggunakan telepon untuk hal yang tidak perlu, seperti menelepon dinas kebakaran atau rescue untuk menanyakan berita atau status bencana.
Sediakan first-aid untuk luka ringan dan bekerjasamalah dengan yang lain. Bekerjasamalah dengan rescue team
Ikuti prosedur evakuasi
Evakuasilah dengan berjalan kaki. Bawalah hanya barang-barang personal yang diperlukan. Sebaiknya menghindari evakuasi dengan mobil, karena dapat menghambat traffic dan menghalangi ambulance atau pemadam kebakaran.
Barangkali petunjuk ini bisa disiarkan di radio masing-masing.
Terima kasih.

Waspadai Bencana Alam



Bencana di Indonesia
bencana alamSecara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana. Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.

Masih jelas dalam ingatan kita rentetan kejadian bencana alam yang banyak menyebabkan terjadinya korban jiwa, seperti tragedi tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi dahsyat di tasikmalaya serta padang, tanah longsor di cianjur, bahkan banjir di berbagai daerah yang kerap datang setiap musim hujan.

Peran Serta Masyarakat dan Pemerintah
Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Mulai dari persiapan peralatan untuk mendeteksi terjadinya bencana seperti misalnya pada bencana tsunami dan gunung meletus, pembuatan jenis bangunan yang tahan terhadap bencana gempa, pengelolaan tata kota dan kesadaran warga masyarakat untuk menanggulangi bencana banjir ataupun pemeliharaan daerah hulu sungai dan pegunungan serta hutan untuk mencegah terjadinya tanah longsor.

Untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini juga membutuhkan peran serta aktif dari masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar tempat tinggalnya.

Persiapan yang Harus Dilakukan
Seringkali karena bencana alam datang secara tiba-tiba, kita menjadi panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, yang terpikirkan adalah untuk segera lari menyelamatkan diri. Masalah yang lain-lain seperti rumah dan harta benda tidak akan terpikirkan sama sekali. Walaupun demikian tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya bencana, dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang ada didalam rumah. Hal ini dimaksudkan apabila bencana sudah selesai, maka para korban bencana pun masih harus tetap melanjutkan hidup dan dokumen tersebut dapat digunakan untuk bekal melanjutkan hidup.

Sebaiknya satukan dokumen-dokumen penting yang ada didalam 1 tas yang mudah untuk dibawa keluar saat akan menyelamatkan diri. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa :
  • Ijasah pendidikan.
  • Surat kepemilikan tanah, rumah, kendaraan dll.
  • Akte lahir dan kartu keluarga.
  • Polis Asuransi beserta nomor agen yang dapat dihubungi.
  • Surat wasiat.
  • Nomor telepon anggota keluarga.
Menghadapi Bencana dan Menghindari Jatuhnya Korban Jiwa
Apabila terjadi kejadian bencana, maka rasa panik, bingung dan ketakutan akan segera menyerang. Tak jarang jatuhnya korban jiwa lebih karena disebabkan ketakutan dan kepanikan yang terjadi bukan karena akibat langsung dari terjadinya bencana. Berikut hal-hal yang dapat dijadikan pedoman untuk menghadapi terjadinya bencana supaya dapat menghindari adanya korban jiwa.
  1. Bencana Gempa Bumi
    gempa bumiJika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan di manapun anda berada.

    • Di dalam rumah
      Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
      Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.
    • Di sekolah
      Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.
    • Di luar rumah
      Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnyakaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.
    • Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
      Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
    • Di dalam lift
      Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
    • Di kereta api
      Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuhseandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
    • Di dalam mobil
      Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil, jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
    • Di gunung/pantai
      Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung, menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
  2. Bencana Banjir Bandang
    banjirBanjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.

    Yang Harus Dilakukan Saat Banjir
    • Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
    • Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
    • Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
    • Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.

    Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
    • Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
    • Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
    • Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
    • Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
  3. Bencana Tanah Longsor
    longsorLongsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng.

    Strategi dan upaya penanggulangan bencana tanah lonsor :
    • Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya.
    • Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
    • Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air tanah. Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.
    • Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.
    • Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
    • Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di bagian dasar ditanam rumput).
    • Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
    • Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.
    • Pengenalan daerah rawan longsor.
    • Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
    • Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
    • Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction.
    • Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.
    • Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
  4. Bencana Tsunami
    tsunamiTsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan(run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat terjadi di Indonesia adalah 36 meter yangterjadi pada saat letusan gunung api Krakatau tahun 1883.

    Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan diri.

    Penyelamatan diri saat terjadi tsunami
    Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.

    Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat kepantai. Arahkan perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
  5. Bencana Gunung Berapi
    gunung merapiLetusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.

    Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
    • Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
    • Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
    • Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
    • Jangan memakai lensa kontak.
    • Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
    • Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

    Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
    • Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
    • Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
    • Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin.

Album Anggota SAR-BPBD Tanah Datar

Kegiatan SAR - BPBD Tanah Datar